faktor pembawaan yang mempengaruhi ditentukan oleh
Aliranteori nativisme ini dipelopori oleh seorang bangsa Jerman bernama Arthur Schopenhouse yang hidup pada abad 19, dilahirkan tahun 1788 dan meninggal dunia tahun 1860. teori ini merupakan kebalikan dari teori tabularasa, yang mengajarkan bahwa anak lahir sudah memiliki pembawaan sendiri-sendiri. Pembawaan yang hanya ditentukan oleh
a Aliran Nativisme, yang dipelopori Arthur Schopenhauer (1788-1860), menitik beratkan pandangannya pada peranan sifat bawaan dan keturunan sebagai penentu perkembangan tingkah laku, persepsi tentang ruang dan waktu tergantung pada faktor-faktor alamiah atau pembawaan dari lahir, asumsi yang mendasari aliran ini adalah bahwa pada diri anak dan orangtua terdapat banyak kesamaan baik fisik
Pembawaan pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir batas kesanggupan kita, yakni dapat tindaknya seseorang memecahkan suatu soal, pertama-tama ditentukan oleh pembawaan kita.
Bahwasemua yang berkembang dalam diri suatu individu ditentukan oleh pembawaan dan juga oleh lingkungannya dan adapula lebih ditentukan oleh pembawaannya. Nativisme mengatakan bahwa pendidikan tidak bisa mengubah pembawaan. Bila dilihat dari kedua teori yang bertentangan satu dengan yang lainnya.
Meskipundemikian, perlu diingat bahwa prestasi siswa tidak semata-mata ditentukan oleh tingkat kemampuan intelektualnya. Faktor-faktor lain seperti motivasi, sikap, kesehatan fisik dan mental, kepribadian, ketekunan dan lain-lain perlu dipertimbangkan sebagai faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi prestasi. [4]
Site De Rencontres Pour Célibataires Gratuit.
TEORI PENDIDIKAN Pendidikan mempunyai peran dan manfaat yang besar dalam mencapai keberhasilan perkembangan anak. Pendidikan merupakan usaha sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan peserta didik dalam mencapai potensi dan kemampuan agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara atau tercapainya tujuan yang mulia tersebut maka dibutuhkan teori yang menunjukan kepada bentuk azas-azas yang saling berhubungan kepada petunjuk praktis. Dalam dunia pendidikan telah berkembang teori-teori pendidikan yang bertujuan agar generasi masa depan lebih baik daripada generasi-generasi tersebut adalah sebagai berikut A. Empirisme Teori ini dipelopori oleh Jhon Locke,seorang berbangsa Inggris yang lahir tahun 1623 dan meninggal tahun dengan aliran ini ia menganut paham yang berpendapat bahwa segala pengetahuan,keterampilan dan sikap manusia dalam perkembangannya ditentukan oleh pengalaman empiris nyata melalui alat inderanya,baik secara langsung berinteraksi dengan dunia luarnya maupun melalui proses pengolahan dalam diri dari apa yang didapatkan secara langsung. Empirisme barasal dari bahasa Latin,yaitu “empiricus” artinya “pengalaman”.Aliran ini bertentangan dengan paham aliran nativisme,artinya tidak mengakui adanya pembawaan atau potensi di bawah lahir kata lain bahwa anak manusia itu lahir dalam keadaan suci,dalam pengertian anak bersih dan tidak membawa itu,aliran ini berpendapat bahwa hasil belajar peserta didik besar pengaruhnya pada faktor lingkungan menentukan dalam perkembangan pribadi seseorang terutama pengaruh-pengaruh dari dalam faktor keturunan dianggap tidak ada. Ahli empiris mengatakan bahwa pendidikan dan lingkunganlah yang maha kuasa dan yang menentukan hasil pertumbuhan dan kemajuan. Teori ini disebut juga dengan “tabularasa”,artinya meja berlapis lilin yang belum ada lapisannya,atau dengan kata lain seseorang dilahirkan seperti kertas kosong yang belum ditulis,maka pendidiklah yang akan ini menganggap bahwa ketika anak lahir tidak mempunyai bakat,pembawaan atau potensi apa-apa,masih dalam keadaan jiwa yang kosong dan belum terisi sesuatu masih bersih,kosong,tidak ada tulisan atau gambar apa-apa,baik pada kertas atau papan berlapis lilin tersebut ,sehingga mau diisi,diwarnai,digambari atau dibuat apa tergantung dan ditentukan oleh lingkungan yang juga yang terjadi pada perkembangan diri manusia,menurut teori ini sangat tergantung pada lingkungannya,sama sekali tidak ada pembawaan,bakat,potensi yang dapat berkembang pengembangan anak pada pendidikan atau lingkungan berkuasa atas pembentukan anak,ini disebut juga aliran optimisme. Menurut aliran empirisme,mendidik manusia menurut kehendak pendidik dan juga lingkungan yang mempengaruhi tingkah laku ada lima aspek,yaitu 1. Sosiologi,yaitu lingkungan yang ditentukan oleh hubungan antar individu dalam suatu komunitas sosial. 2. Historis,yaitu lingkungan yang ditentukan oleh ciri suatu masa atau era dengan segala perkembangan peradabannya. 3. Geografis atau lingkungan alamiah,yaitu lingkungan yang ditentukan oleh letak wilayah. 4. Kultural,yaitu lingkungan yang ditentukan oleh kultural suatu masyarakat. 5. Psikologis,yaitu lingkungan yang ditentukan oleh kondisi kejiwaan. B. Nativisme Aliran nativisme berasal dari kata natus lahir,nativis pembawaan yang ajarannya memandang manusia anak manusia sejak lahir telah membawa sesuatu kekuatan yang disebut potensi dasar.Pembawaan itu ada yang baik dan ada yang tidak berpengaruh samasekali terhadap perkembangan adalah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap pemikiran Psikologi. Teori nativisme muncul dari filsafat nativisma terlahir yaitu suatu bentuk filsafat yang menyatakan bahwa perkembangan anak ditentukan oleh faktor pembawaan sejak lahir dan faktor alam yang dipelopori oleh Arthur Schopenheur 1788-1780 seorang filosof Jerman yang berpendapat bahwa “mendidik merupakan membiasakan seseorang menumbuhkan dan membesarkan serta mengembangkan potensi-potensi yang dibawa anak sejak lahir”.Inti ajarannya adalah bahwa perkembangan seseorang merupakan produk dari faktor pembawaan yang berupa ini disebut juga dengan aliran pesimistik,karena pandangannya yang menyatakan bahwa orang yang berbakat tidak baik akan tetap tidak baik,sehingga tidak perlu dididik untuk menjadi demikian aliran ini berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan tidak sesuai dengan pembawaan seseorang maka tidak akan ada gunanya. Mansur Ali Rajab menyebutkan bahwa ada lima pembawaan yang diwariskan orangtua kepada anaknya,yaitu 1. Pewarisan yang bersifat jasmaniah seperti warna kulit,bentuk tubuh,dll. 2. Pewarisan yang bersifat intelektual seperti kecerdasan dan kebodohan. 3. Pewarisan yang bersifat tingkahlaku. 4. Pewarisan yang bersifat alamiah internal. 5. Pewarisan yang bersifat sosiologis eksternal. Adapun faktor-faktor perkembangan manusia dalam teori nativisme adalah sebagai berikut 1. Faktor genetik,yaitu faktor gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang muncul dari diri adalah jika kedua orangtua anak itu seorang yang pandai maka anaknya memiliki pembawaan sebagai seorang yang pandai pula. 2. Faktor kemampuan anak,yaitu faktor yang menjadikan seorang anak dapat mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. 3. Faktor pertumbuhan anak,yaitu faktor yang mendorong anak mengetahui bakat dan minat disetiap pertumbuhan dan perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan anak itu normal maka dia akan bersikap energic,aktif dan responsif terhadap kemampuan yang pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut tidak bisa mengenal bakat dan kemampuan yang dimiliki. Di dalam teori ini menurut Monad “di dalam diri individu manusia terdapat suatu inti pribadi”.Sedangkan dalam teori Arthur Schopenhaeur dinyatakan bahwa perkembangan manusia merupakan pembawaan sejak lahir/ dengan teori ini setiap manusia diharapkan 1. Mampu memunculkan bakat yang dimiliki,seorang anak bisa mengoptimalkan bakat yang dimiliki dikarenakan telah mengetahui bakat yang bisa dikembangkannya. 2. Mendorong manusia mewujudkan diri yang berkompetensi,tantangan zaman yang selalu berkembang dibutuhkan manusia yang mempunyai kompeten lebih unggul daripada yang lain,sehingga diharapkan setiap manusia bisa lebih kreatif dan inofatif dalam perkembangan bakat dan minat menjadi manusia yang berkompeten yang bisa bersaing dalam menghadapi tantangan zaman. 3. Mendorong manusia dalam menentukan pilihan Hidup adalah pilihan,dalam hal ini manusia bisa bersikap lebih bijaksana terhadap menentukan pilihannya dan berpegang teguh terhadap pilihannya tersebut karena meyakini bahwa sesuatu yang dipilihnya adalah yang terbaik untuk dirinya. 4. Mendorong manusia mengenal bakat minat yang dimiliki,semakin dini manusia mengenali bakat yang dimiliki maka dengan hal itu manusia dapat lebih memaksimalkan bakatnya sehingga bisa lebih optimal. Tokoh lain dari nativisme adalah ahli filsafat dan pendidikan dari ini berpendapat betapa pentingnya inti privasi atau jati diri dalam keadaan sehari-hari sering ditemukan anak mirip orangtuanya secara fisik dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orangtuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang menentukan banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan anak dalam menuju kedewasaan. Para penganut aliran nativisme berpandangan bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan yang baik dan pembawaan karena itu,hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak hal ini sangat jelas bahwa faktor lingkungan tidak ada tidak ada akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak memiliki pembawaan jahat maka dia akan menjadi mempunyai pembawaan baik maka dia menjadi orang yang buruk dan pembawaan baik ini tidak dapat dirubah oleh kekuatan luar lingkungan. C. Naturalisme Naturalisme berasal dari bahasa Latin “nature” artinya ini dinamakan juga negativisme yaitu yang meragukan pendidikan untuk berkembang seseorang karena dia dilahirkan dengan pembawaan yang utama aliran ini adalah dalam mendidik seseorang kembalilah kepada alam agar pembawaan seseorang yang baik itu tidak dirusak oleh pendidik. Teori ini dikemukakan oleh filosof dari bangsa Perancis 1712-1778 berpendapat bahwa “semua adalah baik pada waktu baru datang dari tangan sang pencipta,tapi semua jadi buruk di tangan manusia”,dapat diartikan semua anak yang lahir mempunyai pembawaan yang baik,tidak ada seorangpun yang lahir mempunyai pembawaan yang tidak baik dan tidak ada seorangpun yang lahir dengan pembawaan yang buruk. Aliran ini ada persamaannya dengan teori nativisme,bahkan kadang-kadang mempunyai perbedaan-perbedaan dalam teori ini mengatakan bahwa sejak lahir anak sudah memiliki pembawaan sendiri-sendiri,baik bakat,minat,kemampuan,sifat,watak dan pembawaan-pembawaan akan berkembang sesuai dengan lingkungan yang dialami,bukan lingkungan yang yang dibawa anak hanya pembawaan yang baik saja,tidak sama dengan teori nativisme yang meliputi pembawaan baik dan alami pembawaan itu akan berkembang sesuai dengan alamnya sendiri-sendiri secara baik. Menurut Rousseu,jika pendidikan diartikan usaha sadar untuk mempengaruhi perkembangan anak seperti mengarahkan,mempengaruhi,menyiapkan,menghasilkan apalagi menjadikan anak kearah tertentu,maka usaha tersebut hanyalah berpengaruh jelek terhadap perkembangan ini sesuai dengan pernyataan Rousseau “pendidikan bukanlah suatu persiapan untuk hidup,melainkan memang hidup itu sendiri”.Pendidikan bukanlah harus mengikuti suatu proses tertentu,melainkan merupakan perkembangan atau pertumbuhan individu yang alami. Oleh karena itu,sebagai pendidik Rousseau mengajukan konsep “ pendidikan alam" yang maksudnya,anak hendaklah dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut memiliki potensi atau kekuatan yang masih terpendam,yaitu potensi berfikir,berperasaan,berkemauan,berketerampilan,berkembang,mencari dan menemukan sendiri apa yang berbagai bentuk kegiatan dan usaha belajar,anak mengembangkan segala potensi yang dimiliknya. D. Konvergensi Konvergensi berasal dari bahasa Inggris ”convergen”,artinya pertemuan pada satu ini memperbaiki atau mempertemukan dua aliran yang berlawanan di atas,antara nativisme dan ini berpandangan bahwa perkembangan individu itu baik dasar bakat,keturunan maupun lingkungan ,keduanya memainkan peranan penting. Aliran konvergensi dipelopori oleh William Stern 1871-1937,ia berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun perkembangan anak,baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa ada dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu. Pada hakikatnya kemampuan anak berbahasa dengan kata-kata,itu adalah hasil konvergensi .Pada anak manusia ada pembawaan untuk berbahasa ,melalui situasi lingkungannya anak belajar berbahasa,karena itu semua manusia mampu hewan tidak ada pembawaan bahasa dengan kata-kata,karena itu tidak terdapat seekor hewanpun yang dapat berbahasa dengan kata-kata penuh dengan pengertian seperti pada manusia. TEORI PEMBELAJARAN Dalam kegiatan belajar dan mengajar di sekolah terjadi sebuah proses yaitu interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa jika terjadi kegiatan belajar kelompok. Dalam intraksi tersebut akan terjadi sebuah proses pembelajaran, pembelajaran secara umum didefisinikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional dan lingkungan pengaru dan pengalaman untuk memperole, meningkatkan atau membuat perubahan pengetahuan satu,keterampilan,nilai dan pandangan dunia. Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Teori belajar adalah upaya untuk mengambarkan bagaimana orang dan hewan belajar,sehinga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran. Belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang di sebabkan oleh pengalamanya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat di jelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawa, pemaksaan ,atau kondisi sementara seperti lelah, mabuk, perangsang dan sebagainya.[1] Menurut morgan menyatakan bahwa belajar adalah merupakan salah satu yang relative tetap dari tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman dengan demikian dapat di ketahui bahwa belajar adalah usaha sadar yang di lakukan manusia dari pengalaman dan latihan untuk memperoleh kemampuan baru dan merupakan perubahan tingkah laku yang relatif tetap , sebagai akibat dari latihan. Selanjutnya menurut Gerow mengemukakan bahwa “learning is demonstrated by areiatively permanent change behavior that occurs as theresult of practice or experience”.[2] Belajar adalah ditunjukkan oleh perubahan yangrelatif tetap dalam perilaku yang terjadi karena adanya latihan dan pengalaman –pengalaman. Dalam pengertian ini, tidak berarti semua perubahan berarti belajar, tetapi dapat dimasukan dalam pengertian belajar yaitu perubahan yang mengandung suatu usaha secara sadar, untuk mencapai tujuan tertentu.[3] Bedasarkan pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat diidentifikasi beberapa elemen yang penting mencirikan pengrtian belajar yaitu[4] a. Belajar yaitu suatu perbahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang baik. b. Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman ,untuk dapat di sebut belajar maka perubahan itu pada pokoknya didapatkan kecakapan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama. Tingkah laku yang mengalami perubahan karna belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun phisikis. A. Macam Macam Teori Belajar Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori- teori belajar yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, teori belajar konstruktivisme. Teori behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebua proses di mana pelajar aktif membangun atau menbangun ide-ide baru dan konsep. 1. Teori belajar Behaviorisme Teori behavioristik adalah sebuah yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Teori behavioristic dengan model hubungan stimulus-responnya,mendudukkan oraang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan perilaku semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenal hukuman. Menurut teori belajar Skinner akan dijelaskan pada bagian yang khusus yaitu teori belajar proses[5] a. Thorndike Thorndike belajar adalah proses interaksi antara stimulu dan respon menurut Thorndike perubahan tingkah laku bisa berwujud sesuatu yang dapat diamati atau yang tidak dapat diamati. b. Watson Menurut Watson belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon berbentuk tingkah laku yang bisa diamati dengan kata lain Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui karena faktor – faktor tersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar telah terjadi atau belum. c. Clark Hull Hull berpendapat bahwa tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelamgsungan hidup. Oleh karena itu kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan menempati posisi sentral. d. Edwin Guthrie Mengumumkan bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus dan respon tertentu, stimulus dan respon merupakan faktor kritis dalam belajar. Oleh karena itu diperlukan pemberian stimulus yang sering agar hubungan lebih langgeng. 2. Teori belajar kognitivisme Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang telah berkembang kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuanyang telah ada .Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses. Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner,dan Gagne yaitu menekankan pada aspek pengelolaan organizer yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Ada beberapa teori belajar berbasis kognitivisme yaitu [6] a. Teori Kognitif Gestalt Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang padanan artinya bentuk atau konfigurasi. Dalam dunia psikologi Gestalt dimaknai sebagai kesatuan atau keseluruhan yang bermakna a unified or meanimgful whole. Pandangan Gestalt lebih menekankan kepada perilaku moral. Perilaku molecular bersifat mekanistik- otomatis dan menitikberatkan kepada perilaku dalam bentuk kontraksi .Gagasan pokok dari teori Gestalt yaitu pengelompokan grouping. Pentingnya grouping dijelaskan melalui hukum Gestalt 1 Proximity, kedekatan objek, yang berdekatatan satu sama lain cenderung mengelompok ; 2 Symmetry, simetri, atau similarity, kesamaan, makin mirip suatu objek makin cenderung mereka mengelompokkan ; 3 Good continuation, kesinambungan, objek yang membentuk garis sambung cenderung mengelompok. b. Teori Belajar Medan Kognitif dari Kult Lewin Kult Lewin mengembangkan teori belajar medan kognitif kognitivefield dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan fisikologi sosial. c. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget Ini disebut pula teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan mental, teori ini berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar yang dikemas dalam tahap-tahap pekembangan intelektual sejak lahir sampai dewasa. d. Teori Discovery Learning dari Jerome Yaitu imingan dari Polandia yang dibesarkan di New York. Dasar teori bruner adalah ungkapan piaget yang menyatakan bahwa anakr harus beperan secara aktif saat belajar dikelas. Konsepnya adalah belajar dengan menemukan discovery learning, siswa mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya dengan suatu bentuk akhir yang sesuai dengan timgkat kemajuan berfikir anak. e. Teori Belajar dari Robert M. Gagne Ia menggabungkan ide-ide behaviorisme dan kognitivisme dalam pembelajaran. Menurut Gagne, dalam pembelajaran terjadi proses penerimaaan informasi, untuk diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal dengan kondisi eksternal individu. 3. Teori Belajar Konstruktivisme Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir filosofi pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta ,konsep, ataukaidah yang siap untuk diambil dan harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka lebih paham dan mampu mengapliklasikannya dalam sebuah situasi. Selain itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang membantu individu belajar dan lingkungan. Teori adalah seperangkat azaz yang tersususun tentang kejadian – kejadian tertentu dalam dunia dinyatakan oleh McKeachie dalam Grendel. Sedangkan Hamzah menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep produser dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama nya dan dapat dipelajari, dianalisis, dan diuji serta dibuktikan kebenarannya.[7] Belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang di sebabkan oleh pengalamanya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat di jelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawa, pemaksaan ,atau kondisi sementara seperti lelah, mabuk, perangsang dan sebagainya. Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori- teori belajar yaitu teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, teori belajar konstruktivisme. Teori behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebua proses di mana pelajar aktif membangun atau menbangun ide-ide baru. [1] Eveline Siregar, dan Hartini Nara, M,Si, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor Ghalia Indonesia, 2010, hlm. 4 [2] M. Thobroni. Belajar & Pembelajaran Teori dan Praktik, Yogyakarta Ar-Ruzz Media, 2016, Cet. 2, hlm. 26 [3] Ibid., hlm 27 [4] Max Darsono, Belajar dan Pembelajaran, Semarang IKIP Semarang Press, 2001, hlm. 76 [5] Hamzah Uno, Model Pembelajaran, Jakarta Bumi Aksara, 2007, hlm. 7-8 [6] Asri C. Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta Rineka Cipta, 2005, hlm. 22-23 [7] Hamzah Uno, hlm 26
intelektual individu ini terjadi perbedaan pendapat di antara penganut psikologi. Kelompok psikometrika radikal berpendapat bahwa perkembangan intelektual individu sekitar 90% ditentukan oleh faktor hereditas dan pengaruh lingkungan, termasuk di dalamnya pendidikan, hanya memberikan kontribusi sekitar 10% saja. Sebaliknya, kelompok penganut pedagogis radikal amat yakin bahwa inteverensi lingkungan, 15 Gardner Howard, Kecerdasan Majemuk, Batam Interaksara, 2003, h. 32. 16 termasuk pendidikan, justru memiliki andil sekitar 80-85%, sedangkan hereditas hanya memberikan kontribusi 15-20% terhadap perkembangan intelektual individu. Tanpa mempertentangkan kedua kelompok radikal itu, perkembangan intelektual sebenarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor dan dua faktor utamanya, yaitu hereditas dan Pengaruh faktor hereditas dan lingkungan terhadap perkembangan intelektual itu dapat dijelaskan berikut ini a. Faktor Hereditas / Faktor Pembawaan Genetik Pembawaan ditentukan oleh sifat dan ciri yang dibawa sejak lahir. Banyak teori dan hasil penelitian menyatakan bahwa kapasitas intelegensi dipengaruhi oleh gen orang tua. Namun, yang cenderung mempengaruhi tinggi atau rendahnya tingkat kecerdasan anak tergantung factor gen mana ayah atau ibu yang dominant memepengaruhinya pada saat terjadinya “konsepsi” individu. Teori konvergensi mengemukakan bahwa anak yang lahir telah mempunyai potensi bawaan, tetapi potensi tersebut tidak dapat berkembang dengan baik tanpa mendapat pendidikan dan latihan atau sentuhan dari lingkungan. b. Faktor Gizi Kadar gizi yang terkandung dalam makanan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan inteligensi serta menentukan produktivitas kerja seseorang. Seandainya terjadi kekurangan pemberian makanan yang bergizi, maka pertumbuhan dan perkembangan anak yang bersangkutan akan tehambat, terutama perkembangan otaknya atau mentalnya. Apabila otak tidak dapat tumbuh dan berkembang secara normal, maka fungsinya pun akan kurang normal pula akibatnya anak menjadi kurang cerdas pula. c. Faktor Kematangan 17 Mohammad Ali, Mohammad Asrori, Psikologi RemajaPerkembangan Peserta Didik., h. 33. Piaget seorang psikologi dari Swisss membuat empat tahapan kematangan dalam perkembangan intelektual yaitu 1 Periode sensori motorik 0-2 tahun 2 Periode pra opersional 2-7 tahun 3 Periode operasional konkrit 7-11 tahun 4 Periode operasional formal 11 tahun ke atas Hal tersebut membuktikan bahwa semakin bertambah usia seseorang, intelektualnya makin berfungsi dengan sempurna. Ini berarti faktor kematangan mempengaruhi struktur intelektual. Yaitu kemampuan menganalisis memecahkan suatu permasalahan yang rumit dengan d. Faktor Pembentukkan Pembentukan dapat diartikan sebagai segala keadaan diluar diri sesorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja seperti yang dilakukan di sekolah-sekolah dan pembentukan tidak sengaja pengaruh alam sekitar. e. Faktor Kebebasan Psikologis Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa minat tidak selamanya menjadi syarat dalam perbuatan intelegensi. Kebebasan psikologis perlu dikembangkan pada anak agar intelektualnya berkembang dengan baik. Anak yang memiliki kebebasan untuk berpendapat, tanpa disertai perasaan takut atau cemas dapat merangsang berkembangnya kreativitas dan pola pikir. Mereka bebas memilih cara metode tertentu dalam memecahkan ini memiliki sumbangan yang erarti dalam perkembangan intelektual. f. Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas Minat mengarahkan perbuatan manusia kepada suatu tujuan yang hendak di capai dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Dari dorongan untuk berinteraksi dengan dunia luar, lama kelamaan timbulah minat terhadap sesuatu. Segala yang ia minati akan mendorongnya untuk melakukan lebih giat dan lebih baik lagi. 18 g. Faktor Lingkungan Ada dua unsur lingkungan yang sangat penting peranannya dalam mempengaruhi perkembangan intelektual anak, yaitu keluarga dan sekolah. 1 Keluarga Inteverensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua adalah memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak memiliki informasi yang banyak yang merupakan alat bagi anak untuk bepikir. Cara-cara yang digunakan, misalnya memberi kesempatan kepada anak untuk merealisasikan ide-idenya, menghargai ide-ide tersebut, memuaskan dorongan keingintahuan anak dengan jalan seperti menyediakan bacaan, alat-alat keterampilan, dan alaat-alat yang dapat mengembangakan daya kreativitas anak. Memberi kesempatan atau pengalaman tersebut akan menuntut perhatian orang tua. 2 Sekolah Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan anak termasuk perkembangaan berpikir anak. Dalam hal ini, guru hendaknya menyadari bahwa perkembangan intelektual anak terletak ditangannya. Beberapa cara diantaranya adalah sebagai berikut a Menciptakan interaksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik. b Memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang yang ahli dan berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. c Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik anak, baik melalui kegiatan olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup. d Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik, baik melalui media cetak maupun dengan menyediakan situasi yang memungkinkan para peserta didik berpendapat atau mengemukakan Menurut Andi Mappiare dalam buku karangan Sunarto dan Hartono ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi perkembangan intelektual antara lain 19 a. Bertambahnya informasi Ketika manusia mendapatkan informasi baru, informasi tersebut akan disimpan di dalam otak sehingga kecerdasannya pun bertambah dan dapat berpikir reflektif. b. Banyaknya pengalaman dan latihan dalam memecahkan masalah. Hal ini akan melatih manusia agar dapat berpikir secara proporsional. c. Adanya kebebasan berpikir Adanya kebebasan berpikir, faktor ini membuat manusia berani untuk menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal, kebebasan menjajaki masalah secara keseluruhan, dan menunjang keberanian anak dalam menyelesaikan masalah serta menarik kesimpulan dengan Tiga kondisi di atas sesuai dengan dasar-dasar teori Piaget mengenai perkembangan inteligensi, yakni a. Fungsi inteligensi termasuk proses adaptasi yang bersifat biologis. b. Bertambahnya usia menyebabkan berkembangnya struktur inteligensi baru, sehingga pengaruh pula terhadap terjadinya perubahan kualitatif. Berdasarkan pembahasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan intelektual yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam seperti 20 Sunarto, Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta PT Asdi Mahasatya, 2006, h. 106. hereditas/gen, gizi, kematangan, pembentukan, kebebasan psikologis seta minat dan pembawaan yang khas. Sedangkan faktor dari luar yitu lingkungan keluarga dan sekolah. Jadi tidak hanya faktor hereditas/gen pembawaan, tetapi juga faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi tingkat intelektual seseorang. Semua faktor tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain. Untuk menentukan inteligensi atau tindakan seorang anak, kita tidak dapat hanya melihat satu faktor. Faktor-faktor tersebut menentukan perbedaan inteligensi seseorang. Inteligensi ini bukan hanya kecerdasan intelektual semata, namun semua kecerdasan-kecerdasan yang lain yang ada dalam diri setiap manusia. Kecerdasan-kecerdasan tersebut adalah kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual. Kecerdasan ini pula memiliki bebagai kelebihan dan saling menunjang satu sama lain. B. Child Abuse Kekerasan Pada Anak Dalam Keluarga
PEMBAWAAN, KETURUNAN, DAN LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM Oleh Muhammad Fathurrohman Guru Sang Dewo SMPN 2 Pagerwojo & Akademisi UIN Maliki Malang A. Pengantar Pendidikan adalah sebuah aktivitas manusia yang memiliki maksud mengembangkan individu sepenuhnya. Islam merupakan agama yang sangat menekankan pendidikan bagi manusia. Hal itu terbukti dengan adanya banyak hadits dan ayat al-Qur’an yang menunjukkan tentang pendidikan. Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang bersumber dari al-Qur’an dan al Hadits sebagai sumber utama agama Islam. Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang digunakan untuk membina manusia dari kecil sampai mati. Karena pendidikan Islam merupakan pendidikan seumur hidup, maka perlu dibedakan antara pendidikan orang dewasa dan pendidikan anak-anak. Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang memperhatikan perkembangan jiwa anak. Oleh karena itu, Akhyak mengatakan dalam bukunya, pendidikan yang tidak berorientasi pada perkembangan kejiwaan akan mendapatkan hasil yang tidak maksimal, bahkan bisa membawa kepada kefatalan anak, karena anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan irama dan ritme perkembangan kejiwaan anak. Masing-masing periode perkembangan anak memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi anak secara baik tanpa ada hambatan. Dalam implementasi pendidikan anak, guru dan orang tua memiliki keharusan untuk memperhatikan periodisasi perkembangan psikis anak. Menurut Kohntamn, anak memiliki periodisasi perkembangan psikologis, yaitu masa vital 0- 2 tahun, masa estetis 2-7 tahun, masa intelektual 7-13 tahun, masa sosial 13/14 -20/21 tahun. Masa vital ini dimulai dengan kelahiran anak. Bayi lahir dalam keadaan yang sangat lemah. Ia tidak akan mampu hidup terus tanpa bantuan orang lain. Manusia lain terutama ibunya, akan membantu bayi yang baru lahir itu untuk dapat hidup terus. Jadi bayi, begitu juga setiap orang, memerlukan orang lain. Dengan perkataan lain, dalam proses pertumbuhan setiap orang tidak dapat berdiri sendiri. Setiap manusia memerlukan lingkungan dan senantiasa akan memerlukan manusia lain. Dari berbagai statement di atas, dapat dikatakan bahwa dalam pertumbuhan dan perkembangannya, manusia dipengaruhi oleh faktor hereditas atau keturunan, pembawaan, dan juga lingkungan. Kebanyakan referensi yang ada dalam ilmu psikologi, baik psikologi perkembangan maupun psikologi pendidikan bahkan psikologi umum, adalah teori-teori barat tentang hereditas, pembawaan dan lingkungan yang berpengaruh pada perkembangan individu. Sebenarnya Islam sendiri juga mempunyai teori tentang hal tersebut. Hanya saja teori yang ada dalam Islam tidak tersusun rapi dan masih tercecer di sana-sini. Maka dari itu, penulis berusaha mengumpulkan teori dari Islam untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai pandangan Islam mengenai pembawaan, keturunan dan lingkungan. Untuk itu penulis akan menyusun sebuah tulisan yang berjudul “Pembawaan, Keturunan, dan Lingkungan dalam Perspektif Islam” yang penulis kumpulkan dari berbagai referensi yang ada. B. Keturunan, Pembawaan dan Lingkungan Dalam Perspektif Psikologi Secara Umum Hereditas adalah kecenderungan untuk berkembang mengikuti pola-pola tertentu, seperti kecenderungan untuk berjalan tegak, kecenderungan bertambah besar, kecenderungan untuk menjadi orang yang lincah. Kecenderungan ini tidak hanya terdapat selama masa kanak-kanak, melainkan tetap ada pada diri kita selama kita masih hidup. Akan tetapi, kecenderungan tersebut tidak akan terwujud menjadi kenyataan, jika tidak mendapatkan kesempatan atau rangsangan dari luar untuk berkembang. Lingkungan nyaris selalu memodifikasi dengan potensi bawaan dan itu berlangsung sepanjang anak manusia. Namun perkembangan tidak hanya ditentukan lingkungan atau faktor genetis saja. Karena itu dapat dikatakan bahwa faktor hereditas atau genetis bukan merupakan prediktor yang pasti tentang potensi yang dimiliki oleh seorang anak. Demikian juga lingkungan, lingkungan juga tidak bisa mendominasi dalam hal perkembangan seorang anak manusia. Berikut ini akan penulis bahas mengenai pendapat para filosof tentang perkembangan manusia. Aliran Empirisme Empirisme berasal dari bahasa latin. Asal katanya empiricus yang berarti pengalaman. Aliran ini dinamakan aliran “tabula rasa” yang artinya meja berlapis lilin yang belum ada tulisan di atasnya atau batu tulis kosong atau lembaran kosong. Maka bisa dikatakan bahwa seseorang yang lahir itu ibarat kertas kosong yang belum ditulisi apa-apa. Pendidikan sepenuhnya diserahkan pada lingkungan. Perkembangan seseorang tergantung pada pengalaman-pengalaman, lingkungan dan pendidikan yang diperoleh dalam kehidupannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya. Oleh karena itu, aliran ini dinamakan aliran optimis dalam pendidikan. Tokoh perintis pandangan ini adalah John Lock 1704-1832 seorang filsuf Inggris yang mengembangkan teori “Tabula Rasa”. Menurut pandangan empirisme pendidikan memegang peranan yang sangat penting sebab pendidik dapat menyediakan lingkungan pendidikan kepada anak dan akan diterima oleh anak sebagai pengalaman-pengalaman yang tentunya sesuai dengan tujuan pendidikan. Dalam hal ini, lingkungan masyarakat dan keluarga telah terbukti menentukan tinggi rendahnya mutu perilaku dan masa depan seorang siswa. Aliran empirisme ini dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan. Padahal dalam kenyataannya banyak anak yang berhasil karena berbakat meskipun lingkungan sekitarnya tidak mendukung. Aliran Nativisme Nativisme berasal dari bahasa latin nativius yang berarti terlahir. Seseorang berkembang berdasarkan apa yang dibawanya dari lahir. Pendidikan tidak berpengaruh sama sekali terhadap perkembangan seseorang. Aliran ini konon dijuluki sebagai aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan kacamata hitam. Pelopornya, Schoupenhauer 1788-1880, filosof berkebangsaan Jerman. Ia berpendapat mendidik ialah membiarkan seorang tumbuh berdasarkan pembawaannya. Jadi bisa dikatakan bahwa hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Atau dengan kata lain, keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Pokok pendapat aliran nativisme yang berpengaruh luas adalah bahwa dalam diri individu terdapat suatu “inti” pribadi yang mendorong manusia dalam menentukan pilihan dan kemauan sendiri, dan menempatkan manusia sebagai makhluk aktif yang mempunyai kemampuan bebas. Pada perkembangan selanjutnya, aliran ini masih cukup berpengaruh di kalangan para ahli, namun tidak semutlak dulu. Aliran Naturalisme Naturalisme berasal dari bahasa latin nature yang berarti alam, tabiat dan pembawaan. Ciri utama aliran ini yakni dalam mendidik seseorang kembalilah kepada alam agar pembawaan seseorang yang baik tidak dirusak oleh pendidik. Dengan kata lain, pembawaan yang baik supaya berkembang secara spontan. Tokoh aliran ini adalah JJ Rousseau. Ia menyatakan bahwa faktor-faktor alamiah mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia. Aliran ini dapat dinamakan megativisme, yaitu aliran yang meragukan pendidikan untuk perkembangan seseorang, karena ia dilahirkan dengan pembawaan yang baik. Pendidikan hendaknya dimulai dengan mempelajari perkembangan anak agar pembawaannya yang baik tidak dirugikan. Jadi menurut aliran ini, pendidikan yang benar adalah pendidikan yang sesuai dengan pembawaan manusia masing-masing. Contohnya anak seorang musisi mestinya sekolah pada jurusan seni musik, bukan jurusan kedokteran. Aliran Konvergensi Konvergensi berasal dari bahasa Inggris Convergency yang berarti pertemuan pada satu titik. Aliran ini mempertemukan atau mengawinkan dua aliran yang berlawanan di atas; antara nativisme dan empirisme. Perkembangan seseorang tergantung pada pembawaan dan lingkungannya. Pembawaan seseorang baru berkembang karena mendapat pengaruh dari lingkungan. Hendaknya para pendidik dapat menciptakan suatu lingkungan yang tepat, cukup kaya atau beraneka ragam agar pembawaan dapat berkembang semaksimal mungkin. Tokoh utama aliran ini adalah William Stern 1871-1938, seorang filosof dan psikolog dari Jerman. Penganut teori ini berkeyakinan bahwa baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan andilnya sama besar dalam menentukan masa depan seseorang. Jadi pada intinya, pembawaan atau hereditas saja tidak cukup untuk mengembangkan manusia dengan potensial. Sedangkan lingkungan saja tidak berarti apa-apa untuk mengembangkan manusia sesuai dengan harapan yang diinginkan Jadi pada intinya teori konvergensi Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik. Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan. Berdasarkan uraian di atas mengenai aliran-aliran yang berhubungan dengan proses perkembangan manusia, penulis berkesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya mutu hasil perkembangan manusia ada dua macam, antara lain Faktor intern, faktor yang ada dalam anak itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri. Faktor eksternal, yaitu hal-hal yang datang atau ada di luar diri anak tersebut, yaitu lingkungan pendidikan dan pengalaman berinteraksi dengan lingkungannya.. Apabila kedua faktor ini ada pada anak didik, maka anak didik akan mudah untuk menerima pendidikan dan mampu mewujudkan tujuan pendidikan sebagaimana yang diharapkan, yaitu menjadi insan kamil yang selanjutnya mampu menjalankan tugasnya sebagai manusia. C. Keturunan, Pembawaan dan Lingkungan Dalam Perspektif Islam Islam menjelaskan bahwa keturunan, pembawaan dan lingkungan mempunyai pengaruh yang bersama-sama dalam perkembangan dan pertumbuhan anak. Kalau dalam teori psikologi umum itu istilahnya adalah konvergensi yang memadukan antara nativisme dengan empirisme, antara pembawaan atau keturunan dengan lingkungan. Sedangkan dalam Islam mempunyai istilah teori fitrah. Dalam pembahasan berikut akan penulis jelaskan mengenai teori fitrah Secara etimologis, kata fiţrah yang berasal dari berarti “ciptaan” atau “penciptaan”. Disamping itu, kata fiţrah juga berarti sebagai “sifat dasar atau pembawaan”, berarti pula “potensi dasar yang alami atau natural disposition“, pengetahuan tentang Tuhannya. Dari keterangan etimologi di atas, apabila seorang bayi berkembang biak dengan sendirinya tanpa pengaruh apa-apa, maka tentu ia akan memilih jalan iman dalam tingkatan ihsan, karena ia memang tercipta di atas karakter yang siap untuk menerima syara’. Dengan demikian, fiţrah adalah sifat dasar atau potensi pembawaan yang berupa ketauhidan atau keislaman yang diciptakan oleh Allah sebagai dasar dari suatu proses penciptaan. Kata fiţrah tersebut diisyaratkan dalam firman Allah SWT, sebagai berikut فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ 30 Artinya Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tetaplah atas fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Fitrah menurut Mujahid, sebagaimana yang dikutip al-Thabari adalah Islam. Sehingga dapat dipahami bahwa fitrah manusia dalam ayat di atas dikaitkan dengan agama, hal itu karena manusia pernah mengadakan perjanjian dengan Allah, bahwa manusia menerima Allah sebagai Tuhan yang patut untuk disembah. Sebagaimana keterangan dalam al-Qur’an …أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا… ..Bukankah Aku Ini Tuhanmu?” mereka menjawab “Betul Engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi… Al-A’raf/7172 Dengan demikian, telah jelas bahwa fitrah manusia adalah mempercayai Allah sebagai Tuhan. Fitrah tersebut memberikan arti bahwa manusia mempunyai potensi aktualisasi sifat-sifat Allah ke dalam diri manusia. Walaupun al-Qur’an telah menginformasikan tentang besarnya potensi fitrah terhadap perkembangan individu sejak 14 abad yang lalu, namun hal ini tidak sama dengan konsep konvergensi yang dikemukakan oleh William Sterm. Al-Qur’an dalam ayat di atas menjelaskan dengan sangat jelas, bahwa potensi yang dimiliki oleh manusia dan dibawa sejak lahir itu adalah potensi keagamaan, namun teori konfergensi tidak menjelaskan mengenai jenis potensi yang dibawa. Terlebih lagi konsep tabula rasa yang menganggap bahwa manusia itu lahir dengan tanpa membawa apa-apa atau kosong, bahkan bagaikan kertas putih. Konsep ini sungguh tidak cocok dengan konsep pendidikan Islam yang menganggap manusia lahir ke dunia membawa potensi berupa fitrah Islam. Dan pendidikan Islam bertugas untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri manusia tersebut, karena potensi yang diberikan Allah tersebut pada akhirnya akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah. Hadits Nabi juga menguatkan bahwa manusia mempunyai potensi dasar yang berupa potensi fithrah أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ Artinya Sesungguhnya Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda tidak seorang anak dilahirkan kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikan yahudi, nasrani atau majusi. Hadits di atas memberikan isyarat bahwa manusia mempunyai potensi dasar baik karena faktor keturunan maupun pembawaan. Akan tetapi pengembangan potensi dasar yang dimiliki oleh manusia itu dilakukan dengan pendidikan, karena potensi tersebut tidak dapat berkembang dengan sendirinya melainkan membutuhkan lingkungan yang kondusif dan edukatif. Karena sebagaimana diutarakan Al-Maraghi, yang dikutip Erwati Aziz, bahwa fitrah yang telah diberikan Allah itu tidak akan berubah atau menyimpang kecuali oleh ajaran dan didikan yang datang dari luar, seperti yang dilakukan oleh orang tua dan guru. Maka dari itu, pengembangkan potensi harus dilakukan dengan cara manusia mengikuti pendidikan dan pelatihan, terutama pendidikan Islam. Hadits tersebut juga menyatakan bahwa lingkungan mempunyai porsi dalam perubahan dan pengembangan potensi. Jika anak berada dalam lingkungan yang tidak kondusif maka pengembangan potensi juga tidak akan maksimal atau bahkan pengembangan potensi tersebut mengarah ke arah negatif. Pengembangan potensi hendaklah dilakukan dengan penanaman nilai-nilai keislaman, agar manusia bisa mengingat janjinya yang diucapkan kepada Allah ketika zaman azali dan selalu mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan Islam yang dikemukakan al-Ghazali yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk mencari kedudukan, kemegahan dan kegagahan atau mendapatkan kedudukan yang menghasilkan uang. Karena jika tujuan pendidikan diarahkan bukan mendekatkan diri pada Allah, akan dapat menimbulkan kedengkian, kebencian dan permusuhan. Dalam pengembangan potensi fitrah dengan cara pendidikan atau lingkungan, manusia biasanya menyadari dan melakukan yang terbaik demi anak didiknya. Namun, manusia kurang menyadari bagaimana cara membina agar faktor bawaan dan keturunan tersebut positif. Berikut ini akan penulis bahas mengenai cara pengembangan potensi fitrah dengan menyikapi atau merespon faktor bawaan atau hereditas manusia dan berdasarkan wahyu. Berdasarkan pengamatan penulis terdapat dua cara atau tahap pendidikan untuk memelihara atau melindungi hereditas, yaitu tahapan pra konsepsi, dan tahapan pra-natal. Pada kesempatan kali ini, penulis akan menerangkan satu per satu mengenai tahapan atau cara memelihara faktor hereditas tersebut secara garis besar. Tahapan pendidikan pra-konsepsi Tahapan pendidikan ini adalah upaya persiapan pendidikan yang dilakukan oleh seseorang semenjak ia mulai memilih dan atau mencari jodoh sampai pada saat terjadinya pembuahan dalam rahim seorang ibu. Dalam hal ini, perlu berbagai persiapan; yang pertama adalah memilih jodoh. Dalam memilih jodoh seseorang dianjurkan untuk memilih pasangan yang memungkinkan untuk diajak hidup berumah tangga, sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an وَلَا تَنْكِحُوا الْمُشْرِكَاتِ حَتَّى يُؤْمِنَّ وَلَأَمَةٌ مُؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكَةٍ وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ وَلَا تُنْكِحُوا الْمُشْرِكِينَ حَتَّى يُؤْمِنُوا وَلَعَبْدٌ مُؤْمِنٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكٍ وَلَوْ أَعْجَبَكُمْ أُولَئِكَ يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِ وَيُبَيِّنُ آَيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ 221 Artinya Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik dengan wanita-wanita mukmin sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya perintah-perintah-Nya kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. Ayat di atas memerintahkan agar seorang muslim jangan memilih istri wanita yang musyrik dan sebaliknya, karena itu akan membawa dampak di kemudian hari yang berkenaan dengan pendidikan anaknya. Disamping itu, dalam ayat lain juga disebutkan وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ32 Artinya Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak berkawin dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. al-Nur 32 Ayat di atas dapat diambil pemahaman, bahwa dalam menikah janganlah takut miskin, karena rizki itu adalah urusan Allah. Berbagai ayat di atas tadi akan menjadi terpadu, jika pemahamannya digabungkan dengan hadits berikut حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَكِيمٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تُنْكَحُ النِّسَاءُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ Artinya Wanita dinikahi karena 4 perkara, karena hartanya, nasabnya, cantiknya dan agamanya. Maka pilihlah yang mempunyai agama niscaya kamu akan beruntung. Dari hadits di atas dapat dipahami, bahwa dalam mencari jodoh seseorang itu hendaklah selektif, baik itu laki-laki maupun perempuan, karena semua itu menentukan pendidikan anak dimasa yang akan datang. Jadi, supaya anak yang lahir nanti seorang yang shaleh, maka laki-laki harus mencari seorang wanita yang shaleh sebagai pendamping hidupnya, sebaliknya seorang wanita yang shaleh juga harus mau mencari laki-laki yang shaleh juga. Tradisi ini, kalau menurut bahasanya para Kiai yaitu pemeliharaan nasab. Kedua, setelah mendapat jodoh, maka seseorang harus memberi istrinya tersebut makanan dan minuman serta rizki yang halal, karena apa yang dikonsumsi oleh keluarga juga secara tidak langsung berpengaruh terhadap anak, baik fisik maupun mentalnya. Sebagaimana firman Allah فَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاشْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ 114 Artinya Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. al-Nahl/16 114 Ayat di atas memberikan pemahaman agar setiap orang muslim itu, makan makanan dan minuman juga mencari rizki yang halal, dan melarang umat Islam mencari rizki yang haram. Karena apabila sudah bercampur dengan darah, maka makanan atau apapun yang berbau haram akan senantiasa menimbulkan emosi yang negatif dan akan menjadikan pikiran manusia juga menjadi negatif. Di samping itu, hal itu akan mencegah seseorang naik ke maqam selanjutnya karena ia belum mampu membersihkan diri dari perkara yang tercela. Apabila keluarga diberi makanan dan minuman yang tidak halal, hal itu bisa berakibat negatif, terutama pada anak, terlebih lagi kalau yang dikasih rizki yang tidak halal itu istri yang sedang hamil. Jika istri sedang hamil, maka hendaknya suami menerapkan wara’ untuk mencari rizki, supaya rizki yang dikonsumsi itu benar-benar halalan thayyiban. Ketiga, yaitu berdoa meminta anak yang shalih. Karena setiap doa, pastilah dikabulkan oleh Allah, sebagaimana firman Allah وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ… Artinya Dan Tuhanmu berfirman “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. al-Mu’min/4060 Ayat di atas memerintahkan manusia untuk berdoa kepada Allah dan selalu memohon pertolongan kepadaNya. Karena menurut al-Thabari, maksud dari astajib lakum adalah “aku akan mengabulkan dan mengampuni kamu sekalian dan juga mengasihi kamu sekalian”. Hal itu merupakan semangat bagi orang tua, agar orang tua senantiasa selalu berdoa untuk meminta anak yang shaleh dan pendidikan anaknya tersebut berhasil. Setelah pendidikan pra-konsepsi, maka selanjutnya selanjutnya akan penulis kemukakan cara mendidik anak ketika anak masih dalam kandungan agar hereditas bisa terwujud dengan baik dan sesuai dengan harapan orang tua. Pendidikan pre-natal adalah upaya persiapan pendidikan yang dilakukan oleh kedua orang tua pada saat anak masih dalam kandungan sang ibu. Dalam al-Qur’an terdapat berbagai interaksi yang menunjukkan pendidikan pre-natal, yaitu pendidikan yang dilakukan oleh Hannah terhadap Maryam dan Zakariya terhadap Yahya. Pendidikan yang dilakukan Hannah terhadap Maryam terdapat dalam surah ali Imran ayat 33-37. Penulis akan menguraikan ayat tersebut satu persatu. إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى آَدَمَ وَنُوحًا وَآَلَ إِبْرَاهِيمَ وَآَلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ 33 ذُرِّيَّةً بَعْضُهَا مِنْ بَعْضٍ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ 34 Artinya Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat di masa mereka masing-masing. sebagai satu keturunan yang sebagiannya turunan dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ali Imran/2 33-34. Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah melebihkan keluarga Adam, Nuh, Ibrahim dan Imran. Nabi-nabi tersebut dilebihkan karena mereka mempunyai keistimewaan sendiri-sendiri, misalnya Adam, karena diciptakan pertama kali, dan lain sebagainya. Demikian juga keluarga Imran, diistimewakan dengan menurunkan Maryam yang akan melahirkan Isa. إِذْ قَالَتِ امْرَأَةُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ 35 Artinya Ingatlah, ketika isteri Imran berkata “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat di Baitul Maqdis. Karena itu terimalah nazar itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Ali Imran/235 Istri Imran dalam ayat ini maksudnya adalah Hannah bint Faqud. Menurut pendapat Muhammad ibn Ishaq. Hannah termasuk wanita yang mandul. Pada suatu hari Hannah melihat induk burung menyuapi makanan anaknya. Hal ini menyebabkan Hannah semakin kuat keinginannya untuk memiliki anak, lalu berdoa kepada Allah dan Allah mengabulkan doanya. Dalam masa hamilnya, ia bernadzar kepada Allah dengan ikhlas agar anaknya kelak menjadi orang yang memakmurkan bait al-Maqdis. Pada ayat inilah, tampak teknik pendidikan atau cara pembinaan anak yang isinya yaitu pendidikan pre-natal, yang berisi “tentang upaya meminta anak saleh diantaranya melalui doa dan nazar”. Pendidikan pre-natal meyakini bahwa pembentukan anak sudah dipengaruhi sejak dalam kandungan. Kondisi emosional saat ibu mengandung juga mempengaruhi terhadap karakter anak. Pada saat ini doa dan nazar yang dilakukan Hannah terhadap Maryam tentunya memiliki peran yang signifikan, sehingga nantinya lahir menjadi generasi yang shalehah seperti Maryam. Doa yang dilakukan Hannah mengandung etika-etika berdoa, sebagaimana diuraikan Miftahul Huda, sebagai berikut Doa dilakukan dengan sungguh-sungguh dan tidak mengenal putus asa. Nazar ditujukan untuk niatan yang baik, yaitu mendidik anaknya kelak dengan pendidikan agama sehingga taat dalam beragama. Doa dan nazar dilakukan dengan penuh keikhlasan bukan karena keadaannya yang mandul. فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَى وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَى وَإِنِّي سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ 36 فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنْبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هَذَا قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ 37 Artinya Maka tatkala isteri Imran melahirkan anaknya, diapun berkata “Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada pemeliharaan Engkau daripada syaitan yang terkutuk. Maka Tuhannya menerimanya sebagai nazar dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh makanan ini?” Maryam menjawab “Makanan itu dari sisi Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. Ali Imran/2 36-37. Nazar Hannah pada ayat sebelumnya karena ia mempunyai asumsi bahwa anak yang dikandungnya adalah anak laki-laki. Ternyata setelah lahir, anak tersebut adalah wanita, sehingga ia berkata Ya Tuhan! Aku melahirkan anak wanita. Namun Allah lebih mengetahui apa yang ditakdirkannya walaupun secara fisik perempuan berbeda ketahanannya dalam beribadah kepada Allah dan memakmurkan bait al-Maqdis. Kemudian Hannah memberi nama anaknya tersebut dengan nama Maryam. Dan mendoakannya agar dilindungi dari godaan setan yang terkutuk. Sebenarnya dalam periode sudah masuk tahapan pendidikan post-natal. Kemudian Allah menerima nazar Hannah dan menjadikan Maryam sebagai wanita yang cantik. Disamping itu, Allah menjadikan Zakariya sebagai pemelihara Maryam dan menurut pendapat, Zakariya mengambilnya ketika masih kecil. Zakariya adalah suami saudari ibunya. Ketika menginjak dewasa, Maryam diberi karamah oleh Allah, yaitu mendapat buah-buahan yang tidak semestinya. Maryam dipelihara oleh Zakariya mempunyai tujuan agar Maryam mengadopsi dan mengambil ilmu dari Zakariya. Sedangkan mengenai tahapan pendidikan pre-natal yang dilakukan oleh Zakariya, penulis akan membahasnya secara global saja. Pendidikan pre-natal yang dilakukan Zakariya kepada Yahya, salah satunya tercantum dalam ayat 38-41. Berikut ini penjelasannya هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ 38 فَنَادَتْهُ الْمَلَائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَى مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ 39 قَالَ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَقَدْ بَلَغَنِيَ الْكِبَرُ وَامْرَأَتِي عَاقِرٌ قَالَ كَذَلِكَ اللَّهُ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ 40 قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِي آَيَةً قَالَ آَيَتُكَ أَلَّا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ إِلَّا رَمْزًا وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ 41 Artinya Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.” Kemudian Malaikat Jibril memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab katanya “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran seorang puteramu Yahya, yang membenarkan kalimat yang datang dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri dari hawa nafsu dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh.” Zakariya berkata “Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan isteriku pun seorang yang mandul?.” Berfirman Allah “Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.” Berkata Zakariya “Berilah aku suatu tanda bahwa isteriku telah mengandung.” Allah berfirman “Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah nama Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.” Ali-Imran/238-41 Pada kisah ini terjadi tahapan pendidikan pre-natal, yang dimulai dari Zakariya berdoa kepada Allah meskipun terkesan pro-aktif, dan disertai rasa pasrah, hal ini dikarenakan istrinya sudah tua dan mandul. Zakariya berdoa dengan arif kepada Allah dengan penuh harapan anugerah generasi atau anak saleh yang dapat mengajarkan rahasia-rahasia ketuhanan. Kemudian Allah memerintahkan kepada malaikat untuk memberitahu secara lisan kepada Zakariya yang dapat didengarnya ketika sedang shalat dan bermunajat kepada Allah. Isi pemberitahuan ini adalah Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran seorang putramu bernama Yahya yang juga termasuk seorang Nabi. Zakariya sempat tercengang dan tidak percaya dengan keadaannya yang demikian tersebut dan juga istrinya yang sudah mandul dikaruniai seorang anak laki-laki yang saleh. Maka kemudian Zakariya meminta pertanda kepada Allah, bahwa istrinya telah mengandung anaknya. Selanjutnya adalah Allah memberikan pertanda dengan suatu tanda, yaitu ia tidak dapat berbicara kepada manusia dengan lisan dan harus memakai isyarat. Kemudian Allah memerintahkan Zakariya untuk memperbanyak berdzikir dan bertasbih kepada-Nya ketika pagi dan petang. Hal itu juga merupakan pendidikan pre-natal, karena dengan berdzikir dan senantiasa bertasbih kepada Allah, maka orang tersebut menjadi semakin dekat kepada-Nya. Dan Allah akan selalu mengabulkan doa-doa orang yang dekat dengan-Nya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan perkembangan kandungan. Faktor fisik ibu yang mengandung, meliputi kondisi fisik ibu mengandung, perawatan kesehatan selama mengandung, pemenuhan makanan bergizi, mengidap suatu penyakit berat, serta usia ibu waktu mengandung, semua ikut mempengaruhi anak yang bakal lahir. Faktor psikis ibu mengandung. Suasana emosional ibu waktu mengandung, susah, gelisah, mengalami tekanan berat, semua ini mengganggu kesehatan ibu sehingga menghambat pertumbuhan janin dalam kandungan. Maka dari itu dalam Islam disarankan ketika seorang ibu hamil suka membaca al-Qur’an, terlebih lagi surah Yusuf dan Surah Maryam. Itu semua mengindikasikan pendidikan anak selama dalam kandungan. Dari telaah di atas, dapat disimpulkan bahwa apabila seseorang menginginkan mempunyai keturunan yang hereditasnya baik, hendaklah dimulai dari sekarang, dan mulai dari diri sendiri. Mulai mendekatkan diri kepada sang khaliq agar kelak diberi dzurriyah thayyibah. Sementara itu ketika lahir ke dunia, bayi biasanya menangis. Hal itu mempunyai arti bahwa bayi tersebut takut, karena terjadinya perpindahan alam dari alam kandungan ke alam dunia. Dalam hal ini orang tua harus segera melakukan tindakan. Tindakan yang dilakukan tersebut juga merupakan tindakan pendidikan, yaitu dengan mengadzani dan mengiqamahi serta memberinya makanan manis juga mendoakannya. Itu semua bertujuan untuk mengembangkan fitrah yang ada pada anak tersebut menuju agama Islam, dan juga untuk mengenalkan kepada anak tersebut tentang dunia yang sedang ia jalani. Demikian sedikit pembahasan mengenai hereditas dan lingkungan dalam perspektif Islam. Penulis sengaja langsung mengambil dan membuat sendiri kaidahnya dari al-Qur’an dan hadits, karena dari penelusuran referensi yang penulis lakukan, penulis hanya menemukan hereditas secara umum saja. Mestinya keilmuan ini dikembangkan dengan model induksi dan deduksi agar psikologi pendidikan Islam mampu eksis di tengah pergumulan pendidikan Islam. Karena selama ini, belum ada buku khusus yang membahas mengenai psikologi pendidikan Islam. Referensi Akhyak, Profil Pendidik Sukses Sebuah Formulasi dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Surabaya eLKAF, 2005. Al-Alusi, Shihab al-Din, Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-Adzim, juz 3, Mauqiu Al-Tafasir Dalam Software al-Maktabah al-Syamilah, 2005. al-Baghawi, Abu Muhammad Hasan ibn Mas’ud, Mu’alim al Tanzil juz 2, Dar Tayyibah lin Nasr Dalam Software al-Maktabah al-Syamilah, 2005. Al-Bukhari, Abu Abdillah Muhammad ibn Isma’il, Shahih Bukhari juz 5, Mauqi’u al-Islam dalam Software al-Maktabah al-Syamilah, 2005. Al-Ghazali, Abu Hamid, Bidayah al-Hidayah dalam Khawasyi Miraqil Ubudiyah, Semarang Toha Putra, tt. Al-Nasafi, Abdullah Ahmad ibn Mahmud, Madarik al-Tanzil wa Haqaiq al-Ta’wil, juz 1, Maqi’u al-Tafasir Dalam Sotfware al-Maktabah al-Syamilah, 2005. Al-Thabari, Ibn Jarir, Tafsir Jami’ al Bayan fi ta’wil al-Qur’an, juz 20, Mauqiu Majma’ al-Mulk dalam Software al-Maktabah al-Syamilah, 2005. Ashraf, Ali, Horizon Baru Pendidikan Islam, terj. Sori Siregar, Jakarta Pustaka Firdaus, 1996. Aziz, Erwati, Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam, Solo PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2003. Danim, Sudarwan, Khairil, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, Bandung Alfabeta, 2010. Dariyo, Agoes, Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama, Bandung PT RefikaAditama, 2009. Huda Miftahul, Interaksi Pendidikan 10 Cara Qur’an Mendidik Anak, Malang UIN Malang Press, 2008. Hurlock, Elizabeth B., Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan,terj. Isti Widayanti dan Soedjarwo,Jakarta Erlangga, 2000. Indayati, Retno, Ilmu Jiwa Perkembangan, Tulungagung Fakultas Tarbiyah, 1995. Katsir, Abu al-Fida’ Ibn, Tafsir al-Qur’an Adzim, juz 2, Mauqi’u al-Islam dalam Software al-Maktabah al-Syamilah, 2005. Majah, Ibn, Sunan Ibn Majah Juz 5, Mauqiu al-Hadits dalam Softwareal-Maktabah al-Syamilah, 2005. Makhluf, Louis, Kamus al- Munjid fi al-Lughah, Tp 1977. Maunah, Binti, Diktat Ilmu Pendidikan, Tulungagung Diktat Tidak diterbitkan, 2001. Nuryani, “Wawasan Keilmuan Islam Al-Ghazali Studi Analisa Pemikiran al-Ghazali dalam Kitab Bidayah al-Hidayah”, dalam Ta’allum Jurnal Pendidikan Islam,Vol. 28, Sunarto, B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta Cipta, 2002. Suryasubrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta Rajawali Pers, 1990. Suwaid, Muhammad, Tarbiyah Fi al-Atfal Mendidik Anak Bersama Nabi Panduan Lengkap Pendidikan Anak Disertai Teladan Kehidupan Para Salaf, terj. Salafuddin Abu Sayyid, Solo Pustaka Arafah, 2006. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung Remaja Rosdakarya, 2000. Tanzeh, Ahmad, “Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filosof Muslim”, dalam Meniti Jalan Pendidikan Islam, ed, Akhyak, Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2003. Tim Dosen IKIP, Pengantar Psikologi Umum, SurabayaUsaha Nasional, 1990. Yasin, A. Fatah, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, Malang UIN Malang Press, 2008. SEKIAN SEMOGA BERMANFAAT
TANYADok, apa sajakah yang bisa membentuk kepribadian seseorang? Apakah lebih dipengaruhi oleh bawaan atau pengaruh lingkungan? Mungkinkah kepribadian seseorang diubah, misalnya saja orang yang tadinya suka berbohong lalu bisa menjadi orang yang jujur jika ia berada di lingkungan yang baik? Terima kasih penjelasannya. Maulana 23, Madiun JAWABHalo Maulana yang baik,Kepribadian merupakan karakteristik seseorang yang membedakan satu orang dengan orang lain. Kepribadian meliputi karakteristik cara berpikir, berperilaku dan perasaan mental emosional orang tersebut. Penelitian mengatakan bahwa kepribadian dibentuk dari berbagai macam faktor baik genetik maupun lingkungan. Kita bisa melihat adanya perbedaan karakter kepribadian antara satu orang dengan orang yang lain walaupun orang tersebut lahir dari ibu dan tinggal di keluarga yang sama. Faktor genetik dianggap mempunyai pengaruh terhadap karakteristik kepribadian tertentu yang kemudian dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan termasuk pola asuh dalam keluarga. Kepribadian mencapai kematangan pada usia 18 tahun secara teoritis, artinya setelah usia ini kepribadian dasar tidak akan banyak berubah kecuali dengan suatu terapi yang intensif dan ada kesadaran dari orang tersebut. Lingkungan tentunya akan mempengaruhi karakteristik kepribadian juga. Itulah mengapa disarankan kita mendapatkan untuk mengambil sesuatu yang positif di lingkungan kita, lingkungan kita juga mempunyai pengaruh dalam perkembangan kepribadian kita ke depannya. Bergaulah dengan orang yang baik maka kita akan menjadi baik dan begitu juga sebaliknya. Selama masih muda dan berkembang otaknya maka seseorang mungkin untuk berubah. Jadi jangan takut untuk berubah ke arah yang lebih baik lagi. Salam Sehat Jiwa Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
faktor pembawaan yang mempengaruhi ditentukan oleh